top of page

PONDOK PESANTREN DAN REALITAS BULLYING


Bullying di pondok pesantren merupakan fenomena yang kompleks, menciptakan tantangan tambahan di lingkungan pesantren. Beberapa kasuspun mencuat akhir-akhir ini yang menciptakan stigma pondok pesantren yang rawan akan bullying. Kebanyakan kasusnya adalah ejekan yang berakhir dengan perundungan fisik baik karena situasi senioritas maupun situasi individu yang ingin menunjukkan ‘eksistensi’ dalam kelompok mereka. Seorang santri yang baru masuk mungkin saja mengalami intimidasi fisik atau verbal dari santri senior sebagai bentuk pengakuan eksistensi dalam hierarki sosial pondok pesantren. Ini menciptakan lingkungan yang tidak sehat, di mana kekuatan fisik dan senioritas menjadi penentu interaksi sosial, merugikan perkembangan pribadi dan spiritualitas santri yang lebih muda.


Beberapa faktor yang menyumbang keberlanjutan bullying di pondok pesantren antara lain seperti perbedaan budaya, sosial, dan personalitas dapat menciptakan ketegangan di antara santri. Masalah senioritas dan ‘eksistensi’ dalam kelompok juga dapat menjadi pemicu konflik santri di pondok pesantren. Tak kalah penting, faktor perbedaan fisik atau keanehan fisik juga dapat menjadi penyebab bullying, di mana santri dengan ciri-ciri fisik tertentu menjadi target intimidasi atau pengucilan oleh rekan-rekan mereka. Dinamika ini menciptakan lingkungan yang rentan terhadap praktek bullying, di mana santri mungkin terlibat dalam perilaku merendahkan sesama guna memperoleh keuntungan sosial atau eksistensi dalam kelompok mereka. Apalagi mereka tinggal dan dapat bertemu 1x24 jam di dalam area pondok pesantren.


Dengan pemahaman mendalam terhadap kasus-kasus semacam ini, pondok pesantren Nurus Salam Lodoyo merancang program pencegahan bullying yang efektif dengan memastikan bahwa nilai-nilai keagamaan yang dijunjung tinggi tetap dijalankan dengan baik dalam praktek sehari-hari. Adapun program tersebut antara lain:


Sosialisasi Yang Berkelanjutan Mengenai Dampak Negatif Bullying

Sosialisasi yang berkelanjutan mengenai dampak negatif bullying menjadi kunci penting dalam upaya pencegahan di lingkungan Pondok Pesantren Nurus Salam. Melalui serangkaian kegiatan edukatif yang terus-menerus, para santri, guru, dan staf pondok pesantren dapat memahami secara mendalam dampak negatif yang timbul dari praktek bullying. Sosialisasi ini mencakup sosialisasi internal dan eksternal. Sosialisasi internal disampaikan oleh Drs. K.H. Agus Muadzin, M.Pd.I. selaku pengasuh Pondok Pesantren Nurus Salam di sela-sela setiap pengajian yang beliau berikan. Melalui pemahaman yang mendalam terhadap nilai-nilai Islam, santri dapat menginternalisasi prinsip-prinsip toleransi, saling menghormati, dan persaudaraan. Ini dapat membentuk dasar yang kuat untuk pencegahan bullying di lingkungan pesantren. Sedangkan untuk sosialisasi eksternal, Pondok Pesantren Nurus Salam memrogramkan Seminar Tamu tiap akhir semester yang membahas dampak emosional, psikologis, dan sosial yang mungkin dialami oleh korban bullying dan dampaknya dilihat dari sisi hukum. Program tersebut adalah hasil kerja sama dengan Polsek Lodoyo atau Polres Blitar.

Dengan memfokuskan sosialisasi pada pemahaman dampak negatif, diharapkan para santri NUSA tidak hanya akan meningkatkan kesadaran mereka terhadap praktek bullying tetapi juga merasa lebih terdorong untuk melaporkan atau menghindari keterlibatan dalam perilaku tersebut. Implementasi program sosialisasi yang berkelanjutan juga dapat membantu menciptakan budaya pondok pesantren yang lebih inklusif, di mana para santri merasa didukung dan diberdayakan untuk melawan bullying.


Edukasi Penanganan Korban dan Pelaku pada Guru, Pendamping, dan Staf

Edukasi mengenai penanganan korban dan pelaku bullying memainkan peran sentral dalam menciptakan lingkungan pondok pesantren Nurus Salam yang aman dan inklusif. Para guru, pendamping, dan staf pondok pesantren Nurus Salam dilibatkan dalam serangkaian program pendidikan yang membahas metode efektif dalam menangani kasus bullying, baik dari perspektif korban maupun pelaku. Dalam konteks penanganan korban, edukasinya mencakup pemahaman mendalam tentang dampak emosional dan psikologis yang mungkin dialami oleh korban, serta memberikan keterampilan dan dukungan yang dibutuhkan untuk membantu mereka pulih dari pengalaman traumatis. Program pelatihan untuk guru dan pengelola pondok pesantren ini diharapkan dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung dan memahami kompleksitas hubungan antar-santri.


Peran Konseling dan Dukungan Psikologis

Salah satu langkah kunci dalam penanganan bullying di pondok pesantren Nurus Salam adalah menyediakan layanan konseling dan dukungan psikologis. Tim bimbingan konseling yang terlatih dapat membantu korban mengatasi trauma dan memberikan bimbingan kepada pelaku untuk merubah perilaku mereka. Dukungan ini menjadi penting untuk memulihkan kepercayaan diri dan merestorasi hubungan antar-santri.


Sanksi dan Tanggung Jawab Hukum

Selain upaya pencegahan, penerapan sanksi yang tegas dan proporsional terhadap pelaku bullying juga juga digalakkan di pondok Pesantren Nurus Salam. Biasanya setelah proses mediasi dan restorasi hubungan antar-santri selesai, pelaku diberikan sanksi yang tegas dan proporsional dengan harapan pelaku tersebut menjadi jera dan tidak mengulangi perbuatan tersebut lagi pada siapapun.

Dalam menghadapi tantangan bullying di pondok pesantren, kolaborasi antara pihak pengasuh, guru, santri, dan orang tua menjadi kunci. Dengan pendekatan holistik yang melibatkan sosialisasi, edukasi, konseling, sanksi yang tegas, pondok pesantren Nurus Salam diharapkan dapat menjadi lingkungan yang aman dan inklusif, sesuai dengan nilai-nilai Islam yang mengajarkan kasih sayang dan perdamaian.

435 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page